Leonardo Da Vinci: Apa yang Menjadikannya Jenius?

“Seorang talenta mampu menyasar target yang tak bisa disasar oleh orang lain,” kata filsuf Jerman, Arthur Schopenhauer. Namun, “seorang jenius menyasar target yang tak terlihat oleh orang lain.”

Leonardo Da Vinci adalah representasi kejeniusan era Renaissance Italia yang hingga kini pun masih sulit dicarikan tandingannya.

Ia menjadi jenius karena tak pernah “berhenti” belajar sekaligus berkarya – hal ini juga tercermin dalam masterpiece yang tak pernah benar-benar ia selesaikan, “Mona Lisa”.

Kisah Kebangkitan, Kejayaan dan Kehancuran Dinosaurus

Sekitar 66 juta tahun lalu, bumi kita dihuni oleh mahluk-mahluk buas berukuran raksasa. Ada sauropod sebesar Boeing 737, juga ada T-rex, “Sang Raja”, yang meskipun bukan yang paling besar, tapi adalah yang paling ganas.

Mereka berkuasa selama 135 hingga 150 juta tahun, sebelum kejayaannya dihempaskan alam. Luluh lantak diterjang asteroid selebar 12,5 kilometer yang meluncur lebih dari 40 kali kecepatan suara.

Berbagai penemuan saintifik, yang masih terus terjadi, memungkinkan kita mengkonstruksi kisah ini, dan menyisakan pertanyaan: Bisakah kita, homo sapiens, spesies yang baru muncul 300 ribu tahun lalu, menjadi lebih baik dibandingkan dinosaurus?

Belajar Kepemimpinan dari Epictetus: “Budak” Paling Berpengaruh di Dunia

Kebijaksanaan yang dibutuhkan oleh para pemimpin sejati, tidak bisa diperoleh secara instan. Mempelajarinya butuh proses panjang.

Salah satu pelajaran tersebut berasal dari Epictetus, seorang “budak” yang pandangannya telah mempengaruhi banyak tokoh dunia – mulai dari Kaisar Roma Marcus Aurelius, Descartes hingga para pemimpin politik seperti Thomas Jefferson dan Theodore Roosevelt.

Pelajaran Epictetus juga menjadi inspirasi bagi James B. Stockdale, pilot angkatan laut AS ketika ditahan dan disiksa selama 7 setengah tahun sebagai tahanan perang Vietnam (1965-1973).

Alat Tukar Komplementer Sebagai Solusi Krisis: Mempertimbangkan Kembali Gagasan “Di Luar Kotak” Mendiang Bernard Lietaer

Pada setiap krisis, sirkulasi mata uang menjadi tersendat dan menyebabkan berbagai persoalan sosial.

Solusi konvensional adalah dengan memompa anggaran terbatas melalui jaring pengaman sosial dan berbagai program afirmatif lainnya.

Bernard Lietaer, punya solusi yang tidak konvensional melalui alat tukar komplementer. Cara ini sudah terbukti sukses di berbagai negara dan sudah ada sekitar 4000-an jenis yang beroperasi.

Menurut mantan Trader Top Dunia versi Business Week ini, alat tukar komplementer tertua justru lahir di Bali.

Semua Orang adalah VIP

Mendapatkan dukungan dari orang lain, adalah seni amat penting dan relevan di hampir semua bidang kehidupan. Tapi, tak semua orang mampu menguasainya.

Bakat? Tidak juga.

Tokoh sekaliber Abraham Lincoln sekalipun, harus mengalami pengalaman memalukan di awal karir politiknya – sebelum menyadari kekeliruannya, lalu mengubah pendekatannya.

Rahasianya sederhana: Perlakukan semua orang sebagai VIP!

Bagaimana caranya? Itulah intisari dari sebuah buku jadul terbitan tahun 1936, yang oleh investor legendaris Warren Buffet, diakui telah berhasil mengubah hidupnya.

Mengubah Krisis Menjadi Peluang

“Ketika dituliskan dalam karakter China, kata ‘krisis’ terdiri dari dua bagian – yang satu mewakili bahaya, dan yang satu lagi mewakili kesempatan,” demikian ungkap Presiden AS John F. Kennedy dalam pidatonya di tahun 1959 yang sangat terkenal.

Ada banyak kisah bagaimana para tokoh dunia mengubah krisis menjadi peluang untuk berkembang dan berhasil.

Nelson Mandela melakukannya. Soekarno merenungkan Pancasila saat dibuang ke Ende. Pramoedya Ananta Toer menghasilkan karya monumental “Bumi Manusia” ketika berada dalam status tahanan di Pulau Buru.

Bagaimana mereka melakukannya? Kuncinya ada dalam pilihan, yang sebenarnya sudah tersedia dalam diri kita sendiri.