Belajar Kepemimpinan dari Epictetus II: Membaca Enchiridion (1-21)

Picture of The Project Gutenberg EBook of The Enchiridion

Jarang-jarang ada buku filsafat dalam bentuk “pedoman praktis” seperti Enchiridion – yang artinya memang buku pedoman. Beruntung Arrian, murid Epictetus menyajikannya untuk kita dan terbukti mampu menginspirasi banyak pemimpin dunia (seperti sudah dijelaskan dalam bagian pertama dari seri tulisan ini).

Bagi para pembaca serius, buku ini mungkin dianggap tidak bisa memberikan kerangka berpikir yang sistematik untuk memahami pandangan-pandangan Epictetus. Namun, dengan memahami konteks serta intisari ajaran sebagaimana telah disampaikan di bagian sebelumnya, ditambah dengan modal “perenungan” dari masing-masing pembaca, buku ini bisa menjadi “manual berharga” untuk menghadapi kehidupan, yang selalu mengalami pasang surut.

Seperti halnya manual lain yang ada – misalnya manual menyetir mobil – Anda tidak akan bisa menguasai keahlian yang diajarkan dalam sebuah manual hanya dengan membacanya. Praktek tetap harus dilakukan.

Begitulah kiranya, cara menggunakan buku pedoman ini. Tidak cukup hanya dengan membaca. Anda harus merenungkan dan melatihnya. Sama seperti menyetir mobil, Anda mungkin akan menyenggol pagar dan mobil anda akan lecet. Apalagi jika mau menghadapi tekanan dalam hidup. Kita semua akan melakukan kesalahan – bukan hanya sekali-duakali, tapi berulangkali.

Buku ini cukup singkat, hanya terdiri dari 53 bab pendek yang akan saya sajikan dalam 3 bagian tulisan. Enchiridion dapat menjadi teman merenung, di pagi hari atau sebelum tidur, atau kapanpun Anda mau.

Di saat-saat Anda merasa down, memasuki saat-saat “kelam” dalam kehidupan, buku ini bisa menjadi jauh lebih berharga dan bermakna. Ini adalah buku penting bagi siapapun yang hendak menemukan “strategi hidup resilien” agar bisa bertahan dari krisis. Ia bisa memberikan pondasi untuk bertahan menerima kepahitan hidup yang mungkin terjadi, termasuk jika harus menghadapi hal “terburuk” (bagi kebanyakan orang), yaitu kematian.

Namun, di kala krisis sudah berlalu, silakan menambah variasi bacaan anda. Saya sendiri mungkin akan cenderung membaca karya-karya “strategi untuk mengoptimalkan peluang”, sebagaimana “The Art of War”-nya Sun Tzu (yang juga pernah dibahas di sini).

Versi yang Anda baca ini adalah terjemahan Bahasa Indonesia dari versi Bahasa Inggris dengan judul “Epictetus. Discourses, Fragments, Handbook” (Oxford World’s Classics), yang dialihbahasakan dari Bahasa Yunani oleh Robin Hard (2014). 

Arrian tidak secara spesifik, memberi petunjuk bagaimana sebaiknya membaca manual ini. Namun, Simplicius, pemikir dari abad keenam Masehi, dalam Commentary, mengelompokkan buku ini ke dalam 4 bagian.

Bagian I: Bab 1–21. “Apa yang terserah pada kita dan tidak, dan bagaimana menghadapi hal-hal eksternal.”

Bab 1–2. “Apa yang terserah pada kita dan tidak, dan konsekuensi dari pilihan itu.”

Bab 3-14. “Bagaimana menangani hal-hal eksternal (mengendalikan pembaca dari hal-hal tersebut).”

Bab 15–21. “Cara menggunakan hal-hal eksternal dengan benar dan tanpa gangguan.”

Bagian II: Bab 22–28. “Nasihat untuk siswa menengah.”

Bab 22-25. “Masalah yang dihadapi oleh siswa menengah.”

Bab 26–28. “Hal lain-lain: konsepsi umum, kejahatan, dan rasa malu.”

Bagian III: Bab 30–47. “Saran teknis untuk menemukan tindakan yang sesuai (kathēkonta).”

Bab 30–33. “Tindakan yang tepat terhadap (a) orang lain, (b) Tuhan, (c) ramalan, (d) diri sendiri.”

Bab 34–47. “Berbagai macam aturan tentang keadilan (tindakan benar).”

Bagian IV: Bab 48–53. “Kesimpulan tentang praktik aturan.”

Bab 48. “Nasihat terakhir dan pembagian jenis orang.”

Bab 49-52. “Praktek aturan.”

Bab 53. “Kutipan untuk diingat.”

Bab 29, yang mungkin absen dari teks yang digunakan oleh Simplicius, adalah satu halaman dari “Discourses” yang membandingkan pelatihan yang dibutuhkan untuk menjadi seorang Stoic dengan pendekatan disiplin yang diperlukan untuk menjadi pemenang Olimpiade.

Buku Pegangan

1.1. Beberapa hal berada dalam kekuasan kita, sementara yang lain tidak. Dalam kekuasaan kita terdapat opini, motivasi, keinginan, keengganan, dan, dengan kata lain, apa pun yang bisa kita lakukan terhadapnya; yang tidak berada dalam kekuasaan kita adalah tubuh kita, properti kita, reputasi kita, kantor kita, atau, dengan kata lain, apa pun yang berada di luar kendali penuh kita.

2. Hal-hal yang berada dalam kekuasan kita secara alamiah adalah bebas, dan kebal terhadap rintangan dan halangan, sementara hal-hal yang tidak berada dalam kekuasan kita lemah, dapat memperbudak, tunduk pada rintangan, dan memang bukan milik kita sendiri.

3. Ingatlah, karenanya, bahwa jika Anda menganggap apa yang pada dasarnya bersifat memperbudak sebagai kebebasan, dan apa yang bukan milik Anda sebagai milik Anda sendiri, Anda akan terjebak untuk mengeluh, pikiran anda akan kacau, dan Anda akan mulai mencari-cari kesalahan Tuhan atau orang lain; tetapi jika Anda hanya memperlakukan apa yang menjadi milik Anda sebagai milik Anda, dan apa yang bukan milik Anda bukan sebagai milik Anda sendiri (seperti yang sudah seharusnya), tidak ada yang akan bisa memaksakan kehendak kepada Anda, tidak ada yang akan bisa menghalangi Anda, Anda tidak akan mencari-cari kesalahan siapa pun, Anda tidak akan menuduh siapa pun, Anda tidak akan melakukan apa pun yang bertentangan dengan kehendak Anda, Anda tidak akan memiliki musuh, dan tidak ada yang akan pernah menyakiti Anda karena memang tidak ada kerusakan yang dapat memengaruhi Anda.

4. Karena hidup anda memiliki tujuan, maka ingatlah, untuk hal-hal hebat seperti itulah, Anda setidaknya harus mengerahkan upaya kecil untuk mencapainya, dan bahwa Anda harus melepaskan beberapa hal sekaligus, serta menunda yang lain untuk saat ini. Tetapi jika Anda ingin memiliki hal ini serta jabatan publik dan kekayaan secara bersamaan, Anda kemungkinan tidak akan mendapatkan yang kedua karena Anda juga menghendaki yang pertama, dan Anda pasti akan gagal mendapatkan yang pertama, yang hanya melaluinya sajalah kebahagiaan dan kebebasan bisa diraih.

5. Oleh karena itu berlatihlah, sejak awal, untuk mengatakan kepada setiap impresi yang berada di luar kendali anda, ‘Kamu hanyalah kesan dan sama sekali tidak seperti kelihatannya.’ Kemudian periksa dan ujilah dengan prinsip-prinsip yang kamu miliki, dan pertama-tama dan terutama dengan yang satu ini: apakah impresi itu berkaitan dengan hal-hal yang ada dalam kekuasan kita, atau di luar kekuasan kita; dan jika itu terkait dengan segala hal yang tidak berada dalam kekuasaan kita, bersiaplah untuk menjawab, ‘Itu bukan apa-apa bagiku.’

2.1. Ingatlah bahwa hasrat selalu menjanjikan tercapainya apa yang Anda inginkan, dan menghindari apa yang ingin Anda hindari, dan bahwa siapapun yang jatuh ke dalam hasrat berada dalam kemalangan, sementara siapapun yang jatuh ke dalam hal yang ingin dihindarinya sungguh tidak beruntung. Oleh karenanya jika Anda berusaha menghindar, hindarilah hal-hal yang bertentangan dengan alam yang berada dalam kekuasaan Anda sendiri, maka Anda tidak akan pernah jatuh ke dalam apa pun yang ingin Anda hindari; tetapi jika Anda berusaha menghindari penyakit, atau kematian, atau kemiskinan, yang berada di luar kekuasaan anda, Anda akan menderita.

2. Karena itu lepaskanlah kebencian, dari segala sesuatu yang tidak ada dalam kekuasaan kita dan pindahkan apa yang bertentangan dengan alam menjadi hal-hal yang berada dalam kendali kita. Untuk saat ini, bagaimanapun, tekanlah keinginan Anda sepenuhnya; karena jika Anda menginginkan salah satu dari hal-hal yang tidak berada dalam kekuasaan kita, Anda pasti akan mengalami kemalangan, sementara berbagai hal yang berada dalam kekuasaan kita, yang justru tepat bagi Anda untuk meraihnya, belum berada dalam jangkauan Anda. Tetapi arahkan motivasi Anda untuk bertindak atau tidak, meskipun secara ringan, dengan berhati-hati dan tanpa memaksakan diri.

3. Berkenaan dengan segala sesuatu yang merupakan sumber kegembiraan bagi Anda, atau berguna bagi Anda, atau yang Anda sukai, ingatlah untuk selalu mengatakan pada diri sendiri seperti apa sejatinya hal-hal tersebut, mulai dari yang paling tidak penting. Jika Anda menyukai gelas anda, katakan, ‘Ini gelas yang saya sukai,’ lalu, jika pecah, Anda tidak perlu kecewa. Jika Anda mencium anak atau istri Anda, katakan pada diri sendiri bahwa mereka adalah manusia yang Anda cium; dan kemudian, jika salah satu dari mereka meninggal dunia, Anda tidak akan kecewa.

4. Ketika Anda akan memulai tindakan apa pun, ingatkan diri Anda sendiri tindakan apa yang hendak Anda lakukan. Jika Anda keluar untuk mandi, bayangkan hal-hal yang dapat terjadi di pemandian, misalnya orang-orang memercikkan air ke arah Anda, orang-orang mengganggu Anda, atau mungkin mencuri dari Anda. Dengan demikian Anda akan bertindak dengan cara yang lebih pasti dengan mengatakan pada diri sendiri pada sejak awal, “Saya ingin mandi dan memastikan pada saat yang sama bahwa pilihan-pilihan yang saya ambil tetap selaras dengan alam.” Dan ikuti cara yang sama di setiap tindakan yang Anda lakukan. Jadi, jika ada yang menghalangi Anda saat mandi, Anda akan siap untuk mengatakan pada diri sendiri, ‘Yah, saya tidak menghendaki gangguan ini, tetapi saya juga ingin menjaga pilihan saya agar tetap harmonis dengan alam; dan saya bisa merusaknya jika saya merasa jengkel dengan apa yang terjadi. ‘

5. Berbagai hal tidak bisa mengganggu seseorang, tetapi penilaiannya terhadap hal-hal itu yang mengganggunya. Kematian, misalnya, bukan hal yang mengerikan, sebab jika demikian, Socrates juga tidak akan menghadapinya dengan tenang; tidak begitu, penilaianlah yang menyebabkan kematian menjadi teror yang mengerikan. Jadi dengan demikian, setiap kali kita menemui masalah, terganggu, atau tertekan, kita tidak boleh menyalahkan orang lain, tetapi salahkan diri sendiri, yaitu, penilaian kita. Hanya orang yang tak berpendidikan menyalahkan orang lain ketika ia mengalami masalah; orang yang telah mengambil langkah pertama untuk menjadi terdidik menyalahkan dirinya sendiri; sementara orang yang telah berpendidikan lebih tinggi tidak menyalahkan orang lain atau dirinya sendiri.

6. Tak perlu bangga dengan kehebatan apa pun yang bukan milik Anda. Jika seekor kuda berkata dengan bangga, “Aku cantik,” itu bisa diterima; tetapi ketika Anda merasa bangga dengan mengatakan, ‘Saya memiliki kuda yang indah,’ Anda harus memahami betul bahwa yang Anda banggakan adalah kualitas baik yang dimiliki kuda. Lantas, apa yang menjadi milikmu sendiri? Hanya impresi.* Pada saat Anda selaras dengan alam dan mengetahui bagaimana memperlakukan impresi dengan tepat, barulah Anda dapat berbangga pada diri sendiri; karena dengan begitu Anda akan bangga pada kebaikan Anda sendiri.

7. Misalnya Anda sedang dalam pelayaran dan kapal Anda menurunkan jangkar. Jika Anda harus pergi ke darat untuk mengambil air, Anda dapat mengambil kerang atau apapun di sana, tetapi Anda harus tetap siaga kembali ke kapal, dan segera berbalik jika kapten memanggil Anda; dan jika dia memanggil, Anda harus melepaskan hal-hal lain, jika Anda tak mau ditinggalkan. Dalam hidup pun demikian, seperti kerang atau apapun yang Anda dapatkan didarat, istri dan anak pun Anda diberikan kepada Anda, dan tak ada yang salah dengan itu; tetapi jika kapten memanggil, Anda harus real menyerahkan semua ini dan bergegasi ke kapal, bahkan tanpa perlu berbalik untuk melihat ke belakang. Apalagi jika Anda sudah tua, tidak seharusnya Anda berkeliaran jauh dari kapal, agar tidak dinyatakan hilang ketika panggilan datang.

8. Jangan menginginkan semua hal harus terjadi seperti yang Anda inginkan, tetapi berharaplah segala sesuatu terjadi sebagaimana seharusnya, dan Anda akan memiliki kehidupan yang tenang dan bahagia.

9. Penyakit adalah halangan bagi tubuh, tetapi bukan halangan untuk pilihan, kecuali pilihan yang menghendaki demikian. Kesengsaraan adalah halangan bagi kaki, tetapi bukan bagi pilihan.* Karenanya, katakan pada diri Anda hal yang sama untuk segala sesuatu yang terjadi pada Anda; Anda akan menemukan bahwa banyak hal bisa menjadi penghalang untuk sesuatu yang lain, tetapi tidak untuk Anda sendiri.

10. Berkenaan dengan segala sesuatu yang terjadi padamu, ingatlah untuk melihat ke dalam diri dan perhatikan kapasitas apa yang Anda punyai yang memungkinkan Anda menghadapinya. Jika Anda melihat seorang pria atau wanita cantik, Anda akan menemukan bahwa Anda memiliki kendali diri untuk menghadapinya; jika ada pekerjaan berat menunggu Anda, Anda akan menemukan daya tahan; jika menghadapi fitnah, Anda akan menemukan kesabaran. Dan jika Anda terbiasa melatih diri dengan jalan in, Anda tidak akan mudah terhanyut oleh impresi.

11. Jangan pernah mengatakan, “Aku kehilangan sesuatu,” melainkan, “Aku telah mengembalikannya.” Anakmu meninggal? Ia telah dikembalikan. Istrimu meninggal? Dia telah kembali. ‘Kebunku telah diambil orang.’ Nah, itu pun telah dikembalikan. ‘Ya, tetapi orang yang mengambilnya adalah bajingan.’ Apa artinya bagi Anda dengan “cara pengambilan” oleh orang yang dulu memberikannya pada Anda dan sekarang menghendakinya untuk dikembalikan? Selama dia mempercayakannya kepada Anda, jaga baik-baik hal itu sebagai sesuatu yang bukan kepunyaan Anda, sebagaimana pelancong memperlakukan tempat penginapan.

12.1. Jika Anda ingin membuat kemajuan, cegah pemikiran seperti ini: ‘Kalau saya mengabaikan urusan saya, saya tak akan punya apa-apa untuk hidup,’ atau, ‘Kalau saya tak menghukum pembantu saya saya, dia malah menjadi-jadi’. Sebab lebih baik mati kelaparan, tetapi bebas dari kesusahan dan ketakutan, daripada hidup penuh dengan pikiran yang kacau; dan lebih baik pembantumu menjadi jahat daripada dirimu tidak bahagia. Mulailah dari hal-hal kecil.

2. Setetes minyak tumpah, sedikit anggur dicuri; katakan pada diri sendiri, ‘Itulah harga untuk ketenangan batin; itulah harga yang dibayar orang untuk ketenangan pikiran. ‘Sebab tak ada yang bisa diraih tanpa biaya sama sekali. Ketika Anda memanggil seorang pembantu, ingatlah bahwa dia mungkin bisa tidak patuh, dan jika pun patuh, dia mungkin melakukan tak seperti yang Anda inginkan; dia tidak akan pernah sempurna, sehingga Anda tak perlu menggantungkan diri padanya untuk menikmati ketenangan pikiran.

13. Jika Anda ingin membuat kemajuan, tak usah peduli jika dianggap bodoh dan konyol karena hal-hal eksternal, dan bahkan tak usah memberi kesan bahwa Anda tahu banyak soal itu; dan jika beberapa orang berpikir bahwa Anda orang penting, ragukan hal itu. Sebab Anda harus menyadari bahwa tidak mudah untuk menjaga pilihan Anda agar selalu sesuai dengan alam dan, pada saat yang sama, berpegang pada hal-hal eksternal. Jika Anda terlau berpegang pada salah satu dari hal-hal tersebut, Anda pasti akan mengabaikan yang lain.

14.1. Kalau Anda ingin anak-anak, istri, dan teman-teman Anda hidup selamanya, Anda bodoh, karena menghendaki hal-hal yang tidak berada dalam kendali Anda untuk menjadi kekuasaan anda, dan hal-hal yang bukan milik Anda menjadi milik Anda. Begitu pula, kalau Anda ingin pembantu anda tak pernah melakukan kesalahan, Anda yang bodoh, karena Anda menginginkan hal yang lemah tidak menjadi lemah, tetapi menjadi sesuatu yang lain. Namun, jika Anda menghendaki agar tidak gagal dalam mengelola keinginan Anda, hal itu masih berada dalam kekuasaan Anda. Jadi, latihlah diri Anda dalam hal-hal yang dapat Anda capai.

2. Setiap orang dapat tunduk pada siapa pun yang memegang kendali atas apa yang dia inginkan atau tidak inginkan, sebagai orang yang berada dalam posisi untuk memberi atau mengambilnya. Jika ada yang ingin bebas, maka jangan menginginkan apa pun atau menghindari apa pun yang berada di bawah kendali orang lain; kalau tidak ingin menjadi budak.

15. Dalam hidup, ingatlah untuk bersikap seperti sedang menghadapi jamuan makan. Saat sesuatu diedarkan dan tiba di depan Anda: ulurkan tangan Anda dan ambil bagian Anda dengan sopan. Edaran itu akan berlalu: jangan mencoba untuk menahannya. Jika belum mencapai Anda: jangan dulu menginginkannya, tetapi tunggu sampai ia tiba di depan Anda. Begitu pula dalam berhubungan dengan anak-anak Anda, istri Anda, jabatan publik, kekayaan, hingga waktunya akan tiba ketika Anda layak untuk duduk di perjamuan para dewa. Lalu saat itu jika Anda mampu mengendalikan diri meskipun semua hal tersebut sudah berada di depan Anda, maka Anda tidak hanya akan berbagi dalam perjamuan dengan para dewa, tetapi juga dalam aturan mereka. Sebab dengan cara demikianlah Diogenes, dan Heraclitus, * serta tokoh-tokoh lain seperti mereka, memiliki kesucian dan layak dipanggil demikian.

16. Ketika Anda melihat seseorang menangis sedih karena anaknya telah pergi, atau karena kehilangan harta bendanya, berhati-hatilah agar Anda tidak terbawa oleh impresi bahwa ia memang mengalami kemalangan karena hal-hal eksternal itu, tetapi seketika sadari pemikiran ini, ‘Bukan apa yang terjadi yang membuat orang ini kesusahan — karena orang lain pun dapat mengalami hal yang sama tanpa merasakan kepedihan seperti itu — melainkan penilaiannyalah yang menjadikannya begitu.’ Namun, jangan ragu untuk bersimpati padanya, atau bahkan, jika situasi menuntut demikian, turut bergabung saat ia meratap; tanpa Anda sendiri harus meratap di dalam hati.

17. Cobalah untuk memperlakukan diri Anda bagaikan seorang aktor dalam sebuah drama, yang lakonnya merupakan pilihan sutradara, lakonnya bisa singkat, bisa juga panjang jika ia ingin demikian. Jika dia ingin Anda berperan sebagai pengemis, jalanilah dengan seluruh kemampuan anda; juga jika Anda bermain seorang lumpuh, pejabat, atau warga negara biasa. Sebab merupakan urusan anda, untuk berperan sebagaimana yang dimintakan pada Anda dengan sebaik-baiknya; tetapi bukan urusan Anda untuk memilih peran yang mana.

18. Di saat Anda mendengar suara gagak yang dianggap membawa ketidakberuntungan, tak perlu terbawa dengan impresi yang demikian. Segeralah melakukan pemilahan dalam pikiran anda dan berkata, ‘Tak ada dari pertanda ini berlaku untuk saya, tetapi untuk tubuh saya yang fana, untuk barang-barang saya yang mudah rusak, atau reputasi saya, atau anak-anak saya, atau istri saya. Tetapi bagi saya, setiap pertanda adalah baik karena saya menginginkannya demikian; sebab apa pun yang terjadi, merupakan kekuasaan saya untuk meraih manfaat darinya.’

19.1. Anda bisa menjadi yang tak terkalahkan selama Anda tidak pernah mengikuti pertandingan yang penentuan pemenangnya tidak bergantung pada Anda.

2. Jadi, setiap kali Anda melihat seseorang mendapatkan penghargaan melebihi Anda, atau memegang kekuasaan yang besar, atau memiliki reputasi yang tinggi, berhati-hatilah agar Anda tidak terbawa oleh kesan lahiriah dan menganggapnya bahagia; sebab jika sifat kebaikan adalah salah satu hal yang ada dalam kekuasaan kita, tidak akan ada tempat untuk iri atau cemburu, dan Anda sendiri tidak perlu menginginkan menjadi seorang petinggi atau senator atau konsul, tetapi jadilah orang bebas. Hanya ada satu cara untuk itu: bencilah segala sesuatu yang tidak terletak dalam kekuasaan kita sendiri.

20. Ingatlah bahwa apa yang menghina Anda bukanlah orang yang menghina atau memukul Anda, tetapi penilaian Anda bahwa orang-orang seperti itu bisa menghina Anda. Jadi, setiap kali seseorang membuat Anda jengkel, ketahuilah bahwa pendapat Andalah yang membuat Anda jengkel. Maka, pertama-tama, cobalah untuk tidak membiarkan diri Anda terbawa oleh impresi; sebab jika Anda berhenti sejenak dan mengambil waktu untuk berpikir, akan lebih mudah mendapatkan kembali kendali diri.

21. Hari demi hari Anda harus merenungkan kematian dan pengasingan dan segala sesuatu yang tampaknya menakutkan, namun terutama kematian; dan setelah itu Anda tidak akan pernah terganggu dengan pikiran buruk, Anda juga tidak akan menginginkan apa pun di luar batas kemampuanmu.

Tautan untuk seri tulisan yang sama:

Belajar Kepemimpinan dari Epictetus: “Budak” Paling Berpengaruh di Dunia

Belajar Kepemimpinan dari Epictetus III: Membaca Enchiridion (22-33)

Belajar Kepemimpinan dari Epictetus IV: Membaca Enchiridion (34-53) – Selesai