Belajar Kepemimpinan dari Epictetus IV: Membaca Enchiridion (34-53) – Selesai

Picture of The Project Gutenberg EBook of The Enchiridion

Versi yang Anda baca ini adalah terjemahan Bahasa Indonesia dari versi Bahasa Inggris dengan judul “Epictetus. Discourses, Fragments, Handbook” (Oxford World’s Classics), yang dialihbahasakan dari Bahasa Yunani oleh Robin Hard (2014). 

Arrian tidak secara spesifik, memberi petunjuk bagaimana sebaiknya membaca manual ini. Namun, Simplicius, pemikir dari abad keenam Masehi, dalam Commentary, mengelompokkan buku ini ke dalam 4 bagian.

Bagian I: Bab 1–21. “Apa yang terserah pada kita dan tidak, dan bagaimana menghadapi hal-hal eksternal.”

Bab 1–2. “Apa yang terserah pada kita dan tidak, dan konsekuensi dari pilihan itu.”

Bab 3-14. “Bagaimana menangani hal-hal eksternal (mengendalikan pembaca dari hal-hal tersebut).”

Bab 15–21. “Cara menggunakan hal-hal eksternal dengan benar dan tanpa gangguan.”

Bagian II: Bab 22–28. “Nasihat untuk siswa menengah.”

Bab 22-25. “Masalah yang dihadapi oleh siswa menengah.”

Bab 26–28. “Hal lain-lain: konsepsi umum, kejahatan, dan rasa malu.”

Bagian III: Bab 30–47. “Saran teknis untuk menemukan tindakan yang sesuai (kathēkonta).”

Bab 30–33. “Tindakan yang tepat terhadap (a) orang lain, (b) Tuhan, (c) ramalan, (d) diri sendiri.”

Bab 34–47. “Berbagai macam aturan tentang keadilan (tindakan benar).”

Bagian IV: Bab 48–53. “Kesimpulan tentang praktik aturan.”

Bab 48. “Nasihat terakhir dan pembagian jenis orang.”

Bab 49-52. “Praktek aturan.”

Bab 53. “Kutipan untuk diingat.”

Bab 29, yang mungkin absen dari teks yang digunakan oleh Simplicius, adalah satu halaman dari “Discourses” yang membandingkan pelatihan yang dibutuhkan untuk menjadi seorang Stoic dengan pendekatan disiplin yang diperlukan untuk menjadi pemenang Olimpiade.

Buku Pegangan

34. Ketika Anda menghadapi impresi kesenangan, berhati-hatilah agar tidak terbawa olehnya, seperti halnya impresi-impresi yang lain; melainkan, diam sejenak, dan biarkan terjadi sedikit keterlambatan. Dan selanjutnya, pikirkan tentang dua momen, ketika Anda akan menikmati kesenangan ini, dan ketika Anda menyesal setelah menikmatinya dan akan mencela diri sendiri; dan juga ketika Anda bersikap menentangnya bagaimana Anda akan bersukacita jika Anda tidak jadi menikmatinya dan akan memberi selamat kepada diri sendiri karena telah berhasil melakukannya. Namun, jika Anda berpikir bahwa sebuah kesempatan yang cocok telah datang bagi Anda untuk terlibat dalam tugas ini, berhati-hatilah agar Anda tidak tenggelam oleh daya pikatnya, dan oleh kesenangan dan daya tariknya; tetapi antisipasi hal ini dengan memikirkan betapa akan jauh lebih baik untuk menjadi sadar telah memperoleh kemenangan atasnya.

35. Ketika Anda telah memutuskan bahwa Anda harus melakukan sesuatu dan sedang melakukannya, jangan pernah mencoba untuk terlihat menghindar darinya, bahkan jika kebanyakan orang mungkin akan melihatnya dengan sikap ketidaksetujuan; sebab jika itu memang tidak benar untuk dilakukan, hindarilah sejak awal, tetapi jika sudah terjadi, mengapa takut pada mereka yang akan mencela Anda tanpa pembenaran?

36. Sama seperti proposisi ‘ini siang’ dan ‘itu malam’ hanya sepenuhnya bermakna ketika dilakukan secara terpisah, dan menjadi tak bermakna ketika digabungkan menjadi satu, demikian pula menjadi masuk akal bagi tubuh Anda untuk mengambil bagian yang lebih besar pada saat makan malam, tetapi sama sekali tidak masuk akal jika itu dilakukan hanya untuk menjaga perasaan orang-orang sekitar. Jadi ketika Anda makan dengan orang lain, ingatlah untuk tidak hanya melihat nilai yang akan diberikan makanan yang ada untuk tubuh Anda, tetapi juga pada nilai untuk menjaga rasa hormat yang pantas bagi orang yang menjamu Anda.

37. Jika Anda mengambil peran yang di luar kekuatan Anda, Anda tidak hanya akan mempermalukan diri sendiri dalam peran itu, tetapi Anda juga akan lalai untuk mengambil peran yang mungkin lebih cocok untuk Anda.

38. Sama seperti, ketika berjalan-jalan, Anda berhati-hati untuk tidak menginjak paku atau mengalami keseleo pergelangan kaki, jadi berhati-hatilah juga untuk tidak merusak pusat kendali Anda; dan jika kita mematuhi aturan ini dalam setiap tindakan, kita akan melakukan tugas dengan cara yang aman.

39. Tubuh setiap orang adalah ukuran untuk propertinya, seperti halnya kaki untuk sepatu. Jika Anda mematuhi prinsip ini, maka, Anda akan mempertahankan kewajaran, tetapi jika Anda melewatinya, Anda akan menemukan diri Anda terjatuh dari atas tebing. Sama halnya dengan sepatu: jika Anda mulai melampaui apa yang dibutuhkan kaki, pertama-tama Anda akan menginginkan sepatu yang disepuh emas, kemudian yang berwarna ungu, lalu yang bersulam; sebab segera setelah Anda melewati batas kewajaran, tidak ada lagi batasan.

40. Begitu mencapai usia empat belas tahun, banyak wanita dijadikan simpanan. Sehingga ketika mereka berpikir bahwa mereka tidak memiliki fungsi sosial lain, mereka lantas hanya mempercantik diri dan menempatkan semua harapan mereka di sana. Oleh karena itu, ada baiknya kita menyadarkan mereka bahwa mereka dihargai tidak lain karena bersikap rendah hati dan mempunyai harga diri.

41. Ini merpakan pertanda kurangnya kemampuan alami untuk menghabiskan banyak waktu pada hal-hal yang berkaitan dengan tubuh, dengan melakukan banyak olahraga, misalnya, dan makan terlalu banyak, minum terlalu banyak, dan menghabiskan terlalu banyak waktu mengosongkan isi perut dan sanggama. Jangan, hal-hal ini harus dilakukan secara sepintas saja, dan Anda harus mencurahkan perhatian penuh pada alam pikiran Anda.

42. Ketika seseorang bertindak buruk terhadap Anda, atau berbicara buruk tentang Anda, ingatlah bahwa ia bertindak atau berbicara dengan cara itu karena ia menganggap itu sebagai hal yang pantas untuk dia lakukan. Sekarang, tidak mungkin baginya untuk bertindak sesuai dengan apa yang tampaknya benar bagi Anda, tetapi hanya dengan apa yang tampaknya benar baginya. Jadi jika dia menghakimi secara salah, dialah yang menderita kerugian, karena dialah yang telah tertipu. Sebab jika ada orang yang menganggap putusan yang benar sebagai salah, putusan itu sendiri tidak merupakan kerugian, tetapi tertipu adalah orangnya. Oleh karenanya, Jika Anda memulai dengan cara berpikir seperti ini, Anda akan bersikap lembut terhadap seseorang yang melecehkan Anda, karena dalam setiap kasus Anda akan berkata, “Begitulah tampaknya baginya.”

43. Segala sesuatu memiliki dua pegangan, bisa saja ia ditarik oleh salah satu dari dua pegangan itu, dan tidak oleh yang lain. Jika saudara laki-laki Anda bertindak salah terhadap Anda, jangan mencoba untuk memahami masalah ini dengan salah satu pegangan saja, bahwa dia sudah berlaku salah terhadap Anda (karena itu adalah pegangan yang tidak dapat dibawa), tetapi oleh pegangan yang lain, bahwa ia adalah saudaramu, dia dibesarkan bersamamu, dan dengan demikian Anda akan menangani hal itu dengan pegangan yang bisa dibawa.

44. Pernyataan berikut tidak membentuk argumen yang koheren: “Saya lebih kaya dari Anda, karena itu saya lebih baik dari Anda” atau “Saya lebih fasih daripada Anda, karena itu saya lebih baik dari Anda”; tidak, inilah yang seharusnya: ‘Aku lebih kaya darimu, oleh karena itu harta milikku lebih unggul dari milikmu’ atau ‘aku lebih fasih berbicara daripada kamu, oleh karena itu caraku berbicara lebih unggul dari milikmu.’ Tapi kamu sendiri bukanlah barang kepunyaanmu atau caramu berbicara.

45. Seseorang mandi dengan tergesa-gesa; jangan mengatakan bahwa dia mandi dengan buruk, tetapi dia melakukannya dengan tergesa-gesa. Seseorang minum anggur dalam jumlah besar. Jangan mengatakan bahwa dia minum dengan buruk, tetapi dia minum dalam jumlah besar. Sebab sampai Anda bisa menentukan penilaian apa yang sedang ia ambil, bagaimana Anda tahu apakah dia bertindak buruk? Dan dengan cara itu tidak akan terjadi bahwa Anda menerima impresi yang meyakinkan tentang beberapa hal tetapi memberikan kesimpulan yang keliru.

46.1. Jangan pernah menyebut diri Anda seorang filsuf, dan jangan berbicara tentang prinsip-prinsip filosofis pada orang kebanyakan, tetapi bertindaklah sesuai dengan prinsip-prinsip itu. Di sebuah jamuan makan, misalnya, jangan berbicara tentang bagaimana seseorang harus makan, tetapi makanlah sebagaimana seharusnya. Ingat bagaimana Socrates menanggalkan jauh-jauh semua penampilan luarnya sehingga ketika orang-orang datang kepadanya dan meminta untuk diperkenalkan kepada para filsuf, dia akan mengantar mereka dan memperkenalkan mereka, jadi dia membiarkan dirinya tidak diperhatikan.

2. Dan karenanya, jika ada pembicaraan di antara orang kebanyakan tentang beberapa prinsip filosofis, lebih banyak berdiamlah, sebab ada bahaya besar Anda akan memuntahkan apa yang belum Anda cerna dengan baik. Jadi ketika suatu hari seseorang memberi tahu Anda bahwa Anda tidak tahu apa-apa, dan Anda, seperti Socrates, tidak kecewa karenanya, Anda mungkin boleh yakin bahwa Anda sudah mulai pekerjaan Anda sebagai seorang filsuf. Bahkan domba juga tahu, untuk tidak memuntahkan makanan mereka untuk menunjukkan kepada para gembala berapa banyak yang mereka makan, tetapi mereka mencerna makanan di dalam perutnya, dan menghasilkan wol dan susu di luarnya. Jadi Anda juga tidak boleh memamerkan prinsip Anda kepada orang kebanyakan, tetapi tunjukkan kepada mereka tindakan yang dihasilkan dari prinsip-prinsip itu ketika telah dicerna dengan baik.

47. Ketika Anda sudah terbiasa dengan cara hidup sederhana terkait dengan masalah tubuh, jangan bangga dengan hal itu, dan juga, jika Anda tidak minum apa pun selain air, jangan menyatakan pada setiap kesempatan bahwa Anda hanya minum air. Dan jika suatu saat Anda ingin melatih diri Anda untuk menanggung kesulitan, lakukanlah demi diri Anda sendiri dan bukan untuk orang lain; jangan pamer, tetapi jika Anda merasa sangat haus, masukan air dingin ke dalam mulut Anda lalu keluarkan lagi, tanpa memberi tahu siapa pun.

48.1. Kondisi dan karakter orang kebanhyakan adalah seperti ini: ia tidak pernah mengharapkan keuntungan atau bahaya akan datang kepadanya dari dirinya sendiri, tetapi hanya dari luar. Kondisi dan karakter seorang bijaksana adalah sebaliknya: ia mengharapkan semua manfaat dan bahaya datang kepadanya dari dirinya sendiri.

2. Tanda-tanda orang yang membuat kemajuan adalah bahwa ia tidak mengkritik siapa pun, tidak memuji siapa pun, tidak menyalahkan atau menuduh siapa pun, dan tidak pernah menyebut dirinya sebagai orang penting, atau sebagai orang yang memiliki pengetahuan. Dan jika dia dipuji, dia menertawakan orang yang memujinya, dan jika ada yang menemukan kesalahan padanya, dia tidak membuat pembelaan. Dia bertindak seperti orang yang tidak sempurna, berhati-hati untuk tidak mengganggu bagian mana pun dari dirinya yang menjadi lebih baik sampai dia mencapai pemenuhan yang berkelanjutan.

3. Dia telah menyingkirkan setiap keinginannya, dan telah mengalihkan ketidaksukaannya pada hal-hal yang bertentangan dengan alam yang berada dalam kekuasaan kita sendiri. Motifnya moderat, ke manapun tujuan membawanya. Jika dia memberi kesan bodoh atau tak tahu apa-apa, dia tidak ambil pusing. Singkatnya, dia menjaga diri dari dirinya sendiri, seolah-olah dia adalah musuh yang bersembunyi untuk dirinya sendiri.

49. Ketika seseorang dipenuhi dengan kesombongan karena ia mampu memahami dan menafsirkan karya-karya Chrysippus, katakan pada diri Anda sendiri, ‘Jika Chrysippus tidak menulis dengan gaya yang tidak jelas, orang ini tidak akan memiliki sesuatu untuk dibanggakannya. “Tapi apa yang aku inginkan? Memahami alam dan mengikutinya. Jadi saya mencari-cari seseorang yang bisa menafsirkannya, dan setelah mendengar bahwa Chrysippus bisa, saya pergi kepadanya. Tapi saya tidak mengerti tulisannya, jadi saya mencari seseorang yang bisa menafsirkannya. Hingga saat ini, tidak ada yang bisa dibanggakan. Tetapi ketika saya menemukan penafsir, yang tersisa bagi saya adalah menerapkan ajarannya; itulah satu-satunya hal yang memberikan dasar untuk kesombongan. Tetapi jika apa yang saya hargai hanyalah interpretasi, apa lagi yang telah saya raih selain menjadi sarjana sastra alih-alih seorang filsuf? Satu-satunya perbedaan adalah bahwa saya menafsirkan Chrysippus dan bukan Homer. Jadi ketika seseorang berkata kepada saya, “Bacakan saya Chrysippus,” saya tersipu ketimbang merasa bangga, ketika saya tidak dapat menunjukkan bahwa tindakan saya sesuai dengan kata-katanya dan konsisten dengannya.

50. Apa pun aturan perilaku yang ditetapkan untuk Anda, berpeganglah pada mereka seolah-olah itu adalah hukum, seolah-olah itu akan menjadi tindakan tidak sopan bagi Anda untuk melanggarnya; apapun yang orang katakan tentang Anda, tak usah diindahkan, karena pada akhirnya itu tak penting bagi Anda.

51.1. Berapa lama lagi Anda akan menunda sebelum Anda menganggap diri Anda layak atas apa yang terbaik, dan melampaui apa pun yang dipaksakan oleh akal? Anda telah memperoleh pengetahuan tentang prinsip-prinsip filosofis yang harus Anda terima, dan telah menerimanya. Guru seperti apa, yang masih menunggu, yang karenanya Anda harus menunda untuk memperbaiki diri sampai ia muncul? Anda bukan lagi seorang pemuda; Anda seorang pria dewasa. Jika sekarang Anda lalai dan menganggur, dan terus-menerus membuat penundaan satu demi satu, dan menetapkan satu hari dan kemudian sebagai tanggal setelahnya Anda akan mencurahkan perhatian yang tepat untuk diri sendiri, maka Anda akan gagal untuk menghargai bahwa Anda tidak membuat kemajuan, tetapi akan terus menjadi orang kebanyakan sepanjang hidup Anda sampai Anda mati.

2. Jadi, Anda harus berpikir layak sejak saat ini untuk hidup sebagai orang dewasa dan sebagai orang yang membuat kemajuan; dan biarkan segala sesuatu yang tampaknya terbaik bagi Anda menjadi hukum yang tidak dapat diganggu gugat untuk Anda. Dan jika Anda menghadapi apa pun yang membutuhkan usaha, atau menyenangkan, atau mulia atau sebaliknya, ingatlah bahwa ini adalah waktunya untuk kontes, bahwa Olimpiade telah tiba, dan bahwa tidak ada kemungkinan untuk penundaan lebih lanjut, dan itu tergantung pada satu hari dan satu aksi apakah kemajuan akan hilang atau didapatkan.

3. Dengan cara inilah Socrates menjadi pria seperti yang kita kenal, dengan mengedepankan nalar untuk segala hal yang harus dia tangani. Dan bahkan jika Anda belum menjadi Socrates, Anda harus hidup seperti seseorang yang sebenarnya ingin menjadi Socrates.

52.1. Bidang studi filsafat yang pertama dan paling penting adalah bidang yang berhubungan dengan penerapan prinsip-prinsip, seperti, ‘Jangan berbohong.’ Yang kedua berkaitan dengan praktek, misalnya, ‘Bagaimana cara kita untuk tidak berbohong? “Yang ketiga mengkonfirmasi dan menganalisis dua hal sebelumnya, misalnya,” Bagaimana ini dipraktekkan? “Untuk apa dipraktekkan, apa konsekuensi logisnya, apa kontradiksinya, apa itu kebenaran, apa itu kepalsuan?

2. Bidang studi yang ketiga diperlukan, karena ada yang kedua, dan yang kedua diperlukan karena ada yang pertama, tetapi yang paling penting, dan yang harus kita gali, adalah yang pertama. Tapi kita melakukan yang sebaliknya; kita menghabiskan waktu kita di bidang studi yang ketiga, dan menggunakan semua upaya kita untuk itu, sambil mengabaikan yang pertama. Dan begitulah yang terjadi, kita berbohong, sambil memiliki semua argumen untuk menunjukkan mengapa kita tidak boleh berbohong.

53.1. Pada setiap kesempatan kita harus memiliki argumen-argumen ini:

Bimbing aku, O Zeus, dan kamu, O Sang Takdir,

Kemana pun engkau menugaskanku;

Aku akan mengikuti tanpa keraguan, atau jika kehendakku gagal,

Meski begitu, aku akan tetap mengikuti. *

2. Siapa pun yang dengan benar berserah pada kebutuhannya,

Kami memberikan kebijaksanaan dan pelajaran dalam hal-hal ilahi. *

3. ‘Baiklah, Crito, jika itu yang menyenangkan para dewa, terjadilah. ‘*

4. ‘Anytus dan Meletus dapat membunuhku, tetapi mereka tak dapat menyakitiku. ‘*

Tautan untuk seri tulisan yang sama:

Belajar Kepemimpinan dari Epictetus: “Budak” Paling Berpengaruh di Dunia

Belajar Kepemimpinan dari Epictetus II: Membaca Enchiridion (1-21)

Belajar Kepemimpinan dari Epictetus III: Membaca Enchiridion (22-33)