The Art of War: Membedah dan Mengadopsi 15 Elemen Strategi Sun Tzu

character, close-up, colorful
Photo by Markus Spiske from Pexels

The Art of War, karya Sun Tzu adalah salah satu buku tentang strategi yang paling banyak dikutip di seantero jagad. Tak hanya terbatas pada pada dunia kemiliteran, buku yang ditulis sekitar 5 abad sebelum Masehi ini juga menginspirasi dunia bisnis dan perfileman.

Dalam film Wall Street karya Sutradara Oliver Stone (1987), terdapat dialog yang bersumber dari The Art of War. Bud Fox, diperankan oleh Charlie Seen, mengungkapkan, “Sun-tzu: Jika musuhmu lebih unggul, hindarilah dia. Jika marah, buat ia makin jengkel. Jika imbang, bertarung, dan jika tidak, pisahkan diri dan lakukan evaluasi lagi.”

Gordon Gecko, tokoh yang diperankan Michael Douglas, yang kemudian membawa pulang Oscar untuk perannya di film itu, juga mengutip buku ini, “Saya tidak asal melempar anak panah ke papan. Saya bertaruh pada hal-hal yang pasti. Baca Sun-tzu, Seni Perang. Setiap peperangan bisa dimenangkan bahkan sebelum dimulai.”

Buku yang terdiri dari 13 bab ini memang menghasilkan cukup banyak kutipan yang digunakan dalam berbagai konteks. Cobalah lakukan pencarian di berbagai mesin pencari dengan kata kunci “Sun Tzu quotes”, niscaya banyak kutipan bagus yang bisa digunakan untuk meng-update status di media sosial.

Banyak pihak menyebut The Art of War sebagai salah satu buku terpenting dalam hal strategi, meskipun sesungguhnya tidaklah mudah untuk menerapkannya dalam konteks perumusan strategi secara luas. Sebabnya, buku ini tidak ditulis dalam struktur dan sistematika yang mudah dipahami masyarakat modern.

Para penulis atau pengulas The Art of War selama ini terkesan melakukannya secara sangat bebas dan subyektif. Kadang-kadang bisa terjadi simplifikasi, atau reduksi, terhadap berbagai poin penting atau elemen yang tersebar dalam buku ini.

Didorong ketidakpuasan atas metode pembahasan The Art of War yang selama ini beredar, tulisan ini mencoba membedah berbagai elemen penting yang terdapat dalam buku ini. Caranya, dengan menghitung berapa kali elemen tersebut diungkapkan (dengan asumsi, makin sering hal tersebut disebutkan maka secara otomatis hal tersebut dianggap prioritas oleh Sun Tzu) dan menyajikannya kembali secara lebih sistematik.

Upaya iseng-iseng ini, saya harapkan, bisa membumikan Strategi Sun Tzu dalam berbagai konteks berbeda. Tak terbatas pada strategi untuk memenangkan perang, tapi juga misalnya, untuk membangun sebuah klub sepakbola berprestasi, mempersiapkan sebuah bisnis restoran, atau untuk mendorong kebijakan baru pemerintah di bidang lingkungan untuk memitigasi pemanasan global.

Untuk keperluan ini, saya menggunakan buku versi Bahasa Inggris hasil terjemahan dari Lionel Giles (1910), yang saya beli dalam edisi Kindle. Kesimpulan saya, ada 15 kategori atau elemen penting strategi yang ada dalam The Art of War. Kategori ini, tak selalu muncul kata per kata secara eksplisit.

Saya harus mengakui bahwa saya sendiri yang secara bebas membuat kategori tersebut (dengan niat seperti disebutkan tadi, yaitu agar strategi Sun Tzu bisa diaplikasikan pada konteks yang berbeda-beda). Artinya, kalau ada orang lain mau melakukan kategorisasi dengan cara berbeda, boleh-boleh saja. Tak ada yang melarang.

vlasta2, Wikimedia Commons // CC BY 2.0
VLASTA2, WIKIMEDIA COMMONS // CC BY 2.0

Limabelas Elemen Strategi Sun Tzu (versi Rawanda), adalah sebagai berikut:

1. Strategi harus memiliki tujuan yang jelas (dibahas sebanyak 13 kali).

Bagi Sun Tzu, “Seni perang sangat penting bagi Negara”. Oleh karena itu tujuan perang harus jelas dan untuk kepentingan yang besar (Negara). “Keunggulan yang paling tinggi adalah ketika menghancurkan perlawanan musuh tanpa harus turun ke medan perang.” Perang bagi Sun Tzu bukanlah tujuan, tujuan perang harus lebih besar dari perang itu sendiri.

2. Strategi harus dimulai dengan Perencanaan yang baik (dibahas sebanyak 6 kali).

Salah satu kutipan yang menunjukkan pentingnya perencanaan adalah: “Sekarang jenderal yang memenangkan pertempuran membuat banyak perhitungan di markasnya sebelum pertempuran terjadi.”

3. Strategi harus dijalankan oleh Pemimpin yang Bijaksana dan memiliki Otoritas (dibahas sebanyak 45 kali).

Kebijaksanaan seorang pemimpin cukup menjadi perhatian utama bagi Sun Tzu, sebab dari sanalah berbagai keputusan penting dihasilkan. Pemimpin “mewakili kebijaksanaan, ketulusan, penuh perhitungan, keberanian dan ketegasan.”

4. Strategi harus memiliki dasar Nilai-Nilai Utama, yang diyakini bersama (dibahas sebanyak 41 kali).

Sun Tzu yang dipercaya sebagai penganut Tao, menempatkan nilai-nilai utama, termasuk kesetiaan pada negara di tempat yang tinggi. Baginya, spirit atau semangat tim, pun bersumber dari sana.  “Hukum moral menyebabkan orang-orang setuju sepenuhnya dengan penguasa mereka, sehingga mereka akan mengikutinya tanpa menghiraukan nyawa mereka, tidak gentar oleh bahaya apa pun.”

5. Strategi harus memperhitungkan Lingkungan Strategis (dibahas sebanyak 6 kali).

Sebelum berperang atau mengeksekusi strategi, pertimbangan tentang lingkungan strategis penting untuk dibahas. “Surga menandakan siang dan malam, dingin dan panas, waktu dan musim,” kata Sun Tzu. Lingkungan strategis akan menentukan seperti apa kita harus mempersiapkan diri dan kapan harus bertindak.

6. Strategi harus berdasarkan Penguasaan Lapangan atau Geografi (dibahas sebanyak 45 kali).

Penguasaan lapangan sangat penting, karena di situlah strategi akan dieksekusi. Dalam konteks perang, apalagi. Ketidakpahaman terhadap situasi lapangan, sama artinya dengan menerima kekalahan. “Bumi terdiri dari jarak, besar dan kecil; bahaya dan keamanan; tanah terbuka dan lintasan sempit; peluang hidup dan mati.”

7. Strategi harus mempertimbangkan Takdir (dibahas sebanyak 3 kali).

Kendati tidak disebut sebanyak elemen-elemen yang lain, namun sebagai seorang spiritualis Sun Tzu tampaknya menyakini hal ini. Ia percaya ada pemimpin yang memiliki keberuntungan dibandingkan pemimpin lain, karena ia “direstui” oleh “Penguasa Surga”. “Kepada siapakah terletak keuntungan yang diperoleh dari Surga dan Bumi?” itu pertanyaan yang penting bagi Sun Tzu. “Jika kamu tahu Surga dan tahu Bumi, kamu bisa membuat kemenanganmu lengkap.”

8. Strategi harus didukung oleh Metode, Taktik serta Pemikiran yang baik (dibahas sebanyak 45 kali).

Metode atau taktik yang unggul mendapatkan porsi cukup besar dalam The Art of War, menunjukkan bahwa Sun Tzu adalah seorang pemikir ulung. “Jika lawan berusaha tenang, sibukkan dia terus-menerus. Jika pasukannya bersatu, pisahkan mereka,” adalah salah satu pandangannya yang masih terasa relevan untuk diterapkan di berbagai bidang hingga hari ini.

9. Strategi harus mengandalkan Keterampilan dan Profesionalisme tim (dibahas sebanyak 26 kali).

Dalam sebuah upaya yang bersifat kolektif maupun individu, keterampilan dan profesionalisme adalah salah satu syarat mutlak untuk mencapai hasil yang baik. “Disiplin sangat penting untuk dipahami dengan tepat terutama ketika melakukan penggerebekan, hingga ke tingkat subdivisi.”

10. Strategi harus berlandaskan Kekuatan dan Kelemahan (dibahas sebanyak 26 kali).

Strategi menjadi penting justru karena kita menyadari bahwa kita memiliki kekuatan dan kelemahan. Tanpa kelemahan, kita tak butuh strategi. Dari sinilah muncul kutipan Sun Tzu yang sangat terkenal: “Jika kamu mengenal musuh dan mengenal dirimu sendiri, kamu tidak perlu takut dengan hasil dari seratus pertempuran. Jika kamu mengenal dirimu sendiri tetapi bukan musuhmu, untuk setiap kemenangan yang diperoleh kamu juga akan menderita kekalahan. Jika kamu tidak tahu musuh maupun dirimu sendiri, kamu akan menyerah dalam setiap pertempuran.”

11. Strategi harus berbasis pada Pengetahuan serta Analisa, dengan Informasi dan Data yang baik (dibahas sebanyak 82 kali).

Pentingnya pengetahuan dalam perumusan strategi sangat sentral bagi Sun Tzu. Ini tampaknya menjelaskan mengapa The Art of War terasa sangat relevan dengan masyarakat modern yang tumbuh-berkembang karena rasionalitas. “Dengan pertimbangan-pertimbangan ini aku bisa meramalkan kemenangan atau kekalahan,” ungkap Sun Tzu. “Selain mengandalkan nasihat-nasihatku, biasakan dirimu untuk memahami segala keadaan, termasuk yang melampaui aturan yang biasanya ada.”

12. Strategi harus mempunyai unsur Kejutan, termasuk Perubahan rencana, dan Kerahasiaan (dibahas sebanyak 38 kali).

Dalam dunia modern yang kompetitif, kejutan atau perubahan rencana sangat penting dalam penerapan strategi. Ini pun sudah sudah dipertimbangkan oleh Sun Tzu ketika merancang strategi perang. “Jika keadaan ymenguntungkan, kita harus memodifikasi rencana,” katanya. “Semua peperangan mengandalkan tipuan,” adalah salah satu kutipan Sun Tzu yang sering digunakan. “Ketika mampu menyerang, kita harus terlihat tak mampu; ketika menggunakan kekuatan, kita harus tampak pasif; ketika kita dekat, kita harus membuat musuh percaya kita jauh; ketika jauh, kita harus membuatnya percaya kita dekat.”

13. Strategi harus didukung oleh Pembiayaan atau Sumber Daya yang memadai (dibahas sebanyak 6 kali).

Modal keuangan atau sumber daya adalah salah satu hal penting yang perlu dipersiapkan sebelum menjalankan strategi. “Dalam operasi perang, yang membutuhkan seribu kereta cepat, kereta berat, dan seratus ribu tentara berpakaian lengkap, dengan bekal yang cukup untuk membawa mereka hingga seribu li, memperhitungkan pengeluaran di rumah dan di garis depan, termasuk untuk menghibur para tamu, membeli barang-barang kecil seperti lem dan cat, dan jumlah yang dihabiskan untuk kereta dan baju besi, akan mencapai total seribu ons perak per hari. Begitulah biaya untuk membangun pasukan sebanyak 100.000 pria.”

14. Strategi harus memanfaatkan Teknologi dan Peralatan (dibahas sebanyak 3 kali).

Pada jaman Sun Tzu, teknologi perang tentulah belum secanggih sekarang. Dari pembahasan Sun Tzu tentang pembiayaan, terlihat bahwa peperangan memerlukan berbagai macam peralatan tempur. Namun sepertinya, hal-hal seperti itu tak sepenting pengetahuan. Teknologi dan peralatan dengan mudah dapat ditiru dan dibeli oleh musuh. Yang penting adalah kepiawaian manusia atau sang eksekutor untuk memanfaatkan teknologi dan peralatan. “Gong dan drum, spanduk dan bendera, adalah sarana di mana telinga dan mata pihak penyerang dapat difokuskan pada satu titik tertentu,” demikian menurut Sun Tzu.

15. Strategi harus dieksekusi secara Efektif dan Efisien, dengan mempertimbangkan Waktu atau Momentum (dibahas sebanyak 36 kali).

Akhirnya, strategi yang baik, menurut Sun Tzu harus memperhitungkan waktu dan momentum. “Ketika kamu terlibat dalam pertempuran yang sebenarnya, jika kemenangan terasa lama datangnya, maka senjata-senjata pasukan akan menjadi tumpul dan semangat mereka mengendor. Jika kamu sedang mengepung kota, kekuatanmu akan terkuras.” Lagi pula, bagi Sun Tzu, “kepintaran tidak pernah diasosiasikan dengan penundaan yang lama.”

Jadi, seumpama kita hendak memulai bisnis baru – kedai kopi misalnya. Bagaimana mengadopsi strategi Sun Tzu?

Pertama, tentu harus ada tujuan, misalnya menjadi kedai kopi nomor satu di kalangan mahasiswa. Lalu, rencanakan apa saja yang harus dilakukan untuk mewujudkan tujuan itu. Anda harus memimpin atau menjadi manajer yang efektif (atau mengandalkan seorang profesional untuk mengambil peran itu). Pastikan bahwa semua orang yang terlibat memiliki semangat yang tinggi.

Pahami lingkungan strategis di sekitar kampus dan lingkungan kemahasiswaan (apa aspirasi mereka dan siapa kompetitor yang ada di sana). Pahami situasi lapangan di tempat Anda akan beroperasi, di mana sebaiknya mendirikan kedai yang lokasinya strategis dan sebagainya.

Kalau di kehidupan sebelumnya Anda tidak punya karma buruk (entah bagaimana memverifikasinya, hahaha), mungkin aliran rejeki akan lancar. Sehingga bisa menjalankan metode atau taktik yang jitu – misalnya memberikan diskon untuk hari-hari tertentu, ketika volume penjualan rendah.

Pastikan bahwa Anda mempunyai barista dengan skill yang mumpuni. Pahami kekuatan dan kelemahan biji kopi, kedai, tempat atau mungkin tim anda secara umum, supaya tahu sisi mana yang harus diperbaiki atau dioptimalkan.

Selalu andalkan data dan informasi yang dinamis. Mulai dari angka penjualan, perkembangan yang terjadi dalam dunia perkopian (supply-demand dan sebagainya). Juga analisa dari sumber-sumber yang terpercaya yang bisa mempengaruhi konsep bisnis anda.

Siapkan kejutan yang tak terpikirkan oleh kompetitor anda. Misalnya, coba resep yang berbeda – minum kopi dengan kulit duren atau kopi campur air liur dinosaurus – kalau Anda tak terlalu khawatir dianggap memiliki gangguan mental.

Jangan lupa, persiapkan modal atau cari investor yang baik hati dan tidak sombong untuk membiayai bisnis anda. Manfaatkan teknologi, dengan membeli mesin kopi dan peralatan penunjang yang dapat diandalkan. Terakhir, eksekusi di saat tepat. Saat kopi belum dilarang seperti ganja.

Nah, silakan mencoba. Kalau berhasil, kabari saya. Kalau tidak, berarti Anda belum beruntung. Jangan menyerah atau lakukan hal yang lain.

Cobalah jadi petinju… Pertama, harus ada tujuan. Dan seterusnya.