Miyamoto Musashi: Dari “Jalan Pedang” Menuju “Jalan Kesendirian”

Melewati 61 pertarungan tanpa terkalahkan, Musashi adalah legenda yang terus menjadi inspirasi bagi bangsa Jepang dan banyak pengagumnya.

Dipengaruhi oleh Buddhisme Zen, Jalan Pedang yang dianutnya membuat Musashi terus berubah mengikuti ritme alam. Dari ahli pedang panjang, menjadi ahli pedang kayu (bokken).

Pada gilirannya, Jalan Pedang pun harus dilepaskannya agar memasuki Jalan Kesendirian. Tulisan ini menggali kedua Jalan tersebut bersumber dari 2 karya Musashi sendiri.

Bersyukur dan Melihat Kebaikan di Balik Setiap Situasi

Hidup sederhana dan menjalankan kebajikan itu bukan teori belaka. Saya beruntung menyaksikan contoh nyata di lingkungan keluarga terdekat saya.

Jauh sebelum saya belajar tentang psikologi, filsafat serta agama, ayah saya Johanes Albert Tuturoong (22 Februari 1942 – 3 November 2010) telah menjalani kehidupan yang sederhana. Sampai akhir hayatnya.

Sepengetahuan saya, ia tidak pernah belajar filsafat secara formal. Tapi, tiga prinsip dalam hidupnya adalah: menjunjung tinggi etika, selalu bersyukur dengan melihat kebaikan di balik setiap situasi, dan mengoptimalkan peluang apapun yang tersedia di hadapannya.

Syarat Terpenting Menjadi “Problem-Solver” yang Efektif

Disrupsi sedang terjadi di berbagai sektor. Perubahan yang terjadi dengan cepat dan “disruptif” secara natural akan mendatangkan berbagai tantangan atau masalah – yang dengan sendirinya membutuhkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah.

Future Jobs Report 2018 yang dirilis World Economic Forum (WEF) menunjukkan bahwa sejumlah keterampilan baru (emerging skills) yang dibutuhkan di masa depan terkait erat dengan kemampuan menghadapi berbagai tantangan atau masalah baru.

Mengapa Inkubasi Penting untuk Menciptakan SDM Unggul?

Duapuluhlima tahun dari sekarang, Indonesia akan mencapai 100 tahun kemerdekaannya di tahun 2045.

Apakah Indonesia akan menjadi Negara Maju atau tidak sangat ditentukan oleh apa yang dibangun dan dilakukan saat ini.

Bagi pemuda-pemudi yang saat ini berusia 20-an tahun, mereka kelak akan berada di usia matang dan memegang posisi-posisi kunci.

Namun, semua itu akan tergantung dari proses inkubasi semacam apa yang dilalui.

Bagaimana “Intelektualisasi Bisnis” Berperan dalam Kebangkitan dan Keterpurukan Korporasi Modern?

Kita mengetahui bahwa rasionalitas telah membangkitkan Eropa dari era kegelapan menuju era kejayaan. Namun, belum banyak yang membahas bagaimana “rasionalitas” telah menjadikan perusahaan-perusahaan kelas dunia melesat meninggalkan para kompetitornya, baik dari segi aset, penerimaan maupun pangsa pasar.

Wajar demikian, sebab “intelektualisasi bisnis” sesungguhnya merupakan fenomena yang relatif baru. Dimulai di tahun 1960-an, yang ditandai dengan munculnya sejumlah firma atau perusahaan-perusahaan konsultan ternama, seperti Boston Consulting Group (BCG), Bain & Company dan kemudian McKinsey…

Learning Organization

Berorganisasi atau berkelompok itu penting agar apa yang kita lakukan lebih efektif, berdampak lebih besar.

Namun, jangan berhenti di situ. Pada saat yang sama, kemampuan dan kecerdasan anggota kelompok harus terus ditingkatkan…

Bagaimana Membangun Kekuatan dan Mengelola “Kekuasaan” Menurut Game Theory?

Mengapa kita perlu belajar membangun kekuatan dan mengelola kekuasaan?

Merupakan fakta bahwa hasrat manusia untuk berkuasa – dan mengalahkan yang lain – masih akan terus terjadi, maka suka atau tidak, kita semua akan dengan mudah terseret dalam pusaran atau lebih tepatnya “pertarungan” kekuatan.

Pemahaman mendasar tentang permainan kekuasaaan penting kita miliki, agar tidak menjadi obyek atau terinjak-injak para gajah yang sedang bertarung.

Era Perang Tercanggih, Yaitu Perang Persepsi, Sudah Terjadi Saat Ini!

Selama ratusan tahun hingga abad XVIII perang seringkali dilakukan dengan tujuan untuk menghabisi lawan (annihilation).

Namun “Perang Tujuh Tahun” (1756-1763) yang legendaris menjadi salah satu pembuka mata bahwa perang tidak harus dilakukan dengan cara yang demikian.

Saat ini, era perang baru sudah terjadi. Mesin-mesin perang canggih menjadi sangat menakutkan dan efektif ketika berhadapan dengan musuh yang jelas posisi titik koordinatnya.

Tapi menghadapi musuh yang bergerak cepat di antara masyarakat sipil dan menyebarkan ide melalui internet ke ruang-ruang percakapan pribadi, alat-alat perang itu tak bisa berbuat apa-apa.

Inilah perang persepsi.

Perang untuk menguasai alam pikir sekelompok manusia yang dijadikan target untuk ditaklukkan.